photo lineviral_1.png

Hikmah Memperingati Maulid Nabi Muhammad Salallohu'alaihi Wassalam

Diriwayatkan Adzan Terakhir Sahabat Bilal

Semua niscaya tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan yaitu Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk lantaran mempunyai bunyi yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai bunyi emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali ketika perang saja, atau ketika keluar kota bersama Nabi. Karena dia tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan saya jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka saya bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu lantaran dirimu apa lantaran Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku lantaran dirimu, maka saya bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jikalau engkau dulu membebaskanku lantaran Allah, maka biarkan saya dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak sanggup lagi mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan alasannya ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, hingga pada suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa hingga begini?.” Bilal pun bangkit terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih. Saat itu, dua perjaka yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya yaitu cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak bau tanah memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan dia juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi undangan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada daerah dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, bunyi yang telah bertahun-tahun hilang, bunyi yang mengingatkan pada sosok nan agung, bunyi yang begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah bunyi itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan ketika bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, madinah mengenang masa ketika masih ada Nabi Saw. Tak ada langsung agung yang begitu dicintai ibarat Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak sanggup dirampungkan itu, yaitu adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, sejak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, alasannya kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi. Semoga kita sanggup mencicipi nikmatnya Rindu dan Cinta ibarat yang Allah karuniakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah Ra.

Semoga Kita semua digolongkan kepada Manusia (Makhluk Alloh yang Nyata) ibarat Sahabat Rasululloh salallohu'alaihi wassalam, Billal bin Rabah Ra., dan selalu senantiasa meneladani Akhlaqul Karimah Nabi Besar Kita, Nabi Muhammad salallohu'alaihi wassalam dalam kehidupan kita sehari"...
Aaamiin ya robbal'alamiin...

Mengingatkan semua Perjuangan" dan Kepemimpinan Beliau di Masa Hidupnya tentunya untuk Kita para UmatNya...sampai Nazak di hari mendekati wafat Nya pun, Rasululloh masih menyempatkan berDo'a untuk UmatNya...
Allohu Akbar...
Buat lebih berguna, kongsi:

Trending Kini: